Mengapa Kita Menunda Pekerjaan? Ini Penjelasan Psikologisnya

Menunda pekerjaan, atau dikenal dengan istilah “prokrastinasi”, adalah kebiasaan yang sangat umum. Meski sering dianggap sebagai bentuk kemalasan, nyatanya penyebabnya jauh lebih kompleks. Dari sisi psikologi, penundaan sering kali berkaitan dengan faktor emosional dan bukan sekadar kurangnya disiplin.

Salah satu alasan utama seseorang menunda pekerjaan adalah karena adanya kecemasan terhadap hasil. Misalnya, seseorang mungkin merasa tidak yakin apakah pekerjaannya akan bagus atau sesuai harapan. Ketidakpastian ini menciptakan tekanan, yang membuat otak mencari “jalan keluar” berupa aktivitas lain yang terasa lebih menyenangkan atau menenangkan. Inilah yang menyebabkan kita tiba-tiba merasa terdorong untuk menonton video, membuka media sosial, atau bahkan membereskan kamar hanya untuk menghindari tugas utama.

Selain itu, perfeksionisme juga menjadi penyebab umum dari prokrastinasi. Orang yang perfeksionis cenderung memiliki standar tinggi terhadap dirinya sendiri. Ketika merasa tidak bisa memenuhi standar itu, mereka memilih untuk menunda, karena merasa belum siap atau takut gagal. Ironisnya, penundaan justru meningkatkan kemungkinan hasil akhir tidak optimal karena waktu yang tersisa semakin sedikit.

Faktor lain yang juga berperan adalah gangguan pada sistem regulasi diri. Ini adalah kemampuan otak untuk mengatur tindakan jangka pendek agar selaras dengan tujuan jangka panjang. Saat sistem ini terganggu—misalnya karena stres, kurang tidur, atau kelelahan—kemampuan kita untuk fokus dan bertindak secara terencana ikut menurun. Akibatnya, kita lebih mudah terdistraksi dan menunda pekerjaan.

Untuk mengatasi kebiasaan menunda, penting untuk mengenali terlebih dahulu penyebab spesifiknya pada diri kita. Apakah karena takut gagal? Merasa tugasnya terlalu besar? Atau karena tidak tahu harus mulai dari mana? Setelah itu, barulah kita bisa menyusun strategi yang sesuai. Misalnya, dengan memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil agar terasa lebih ringan, atau menetapkan batas waktu palsu agar kita termotivasi menyelesaikan lebih awal.

Membuat lingkungan kerja yang minim gangguan juga bisa membantu. Letakkan ponsel jauh dari jangkauan, aktifkan mode fokus di komputer, atau gunakan aplikasi pemblokir situs sementara. Di sisi lain, teknik seperti Pomodoro—bekerja selama 25 menit lalu istirahat 5 menit—terbukti efektif meningkatkan produktivitas.

Pada akhirnya, yang paling penting adalah membangun kebiasaan disiplin secara perlahan. Tidak perlu sempurna, cukup konsisten. Ingat, produktivitas bukan tentang bekerja keras sepanjang waktu, tapi tentang membuat kemajuan secara teratur meski kecil. Dengan memahami alasan psikologis di balik prokrastinasi, kita bisa mulai mengambil langkah nyata untuk mengatasinya.

Updated: 7 Agustus 2025 — 04:02